Sejarah Samar Valentine

Sejarah lahirnya hari valentine atau yang lebih populer disebut dengan valentine's day yakni pada tanggal 14 Februari memang tidak seperti hari hari besar lainnya seperti pada tanggal 25 Desember sebagai hari natal juga 12 Robiul Awal yang merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pada judul artikel kali ini saya mengambil judul Sejarah Samar Valentine. Kenapa demikian, seperti kita ketahui bahwa hari valentine disebut juga sebagai hari kasih sayang, namun pernyataan tersebut tidak mempunyai landasan yang kongkrit serta tidak ada argumen yang cukup untuk menyanggahnya.
Pada beberapa catatan yang saya temukan menyebutkan bahwa :

Isitilah Valentine disadur dari nama "Valentinus" yang paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yaitu : Seorang pastur Roma, Seorang Uskup Interamna, dan seorang martir di provinsi Romawi Africa. Sedangkan hubungan dari ketiga martir ini terhadap perayaan valentine's day tidak memiliki catatan sejarah yang cukup jelas. Bahkan Paus Gelasius II pada tahun 496M menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang diketahui dari ketiga martir tersebut. 14 Februari dirayakan sebagai peringatan santa valentinus sebagai upaya untuk mengungguli hari raya Lupercalica (Dewa Kesuburan) yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Catatan pertama dikaitkannya hari besar santo dengan kasih sayang dimulai sejak abad ke-14 di Inggris dan Prrancis, dimana diyakini bahwa 14 Februari merupakan hari ketika burung mencari pasangan hidupnya. Keyakinan ini ditulis dalam karya sastrawan Inggris abad ke-14 bernama Geoffery Chaucer. Dalam karya tersebut dia menuliskan: “…for this was sent on seynt valentyne’s day,…when every foul cometh ther to chosehis matc (inilah yang dikirim pada hari santo Valentinus,…saat semua burung datang kesana untuk memilih pasangannya)”.

Sekelumit catatan “sejarah samar” latar belakang perayaan Valentine yang dipaparkan diatas sesungguhnya masih belum cukup beralasan untuk mengaitkan 14 Februari dengan hari kasih sayang. Anehnya, sampai hari ini aktualisasi perayaan Valentine semakin tumbuh subur dan berkembang pesat seperti pertumbuhan jamur di musim hujan. Padahal, tanpa disadari perayaan ini telah dihapus dari kalender gereja sejak tahun 1969 sebagai sebuah upaya menghilangkan keyakinan terhadap santo-santa yang asal mula sejarahnya hanya sebatas legenda dan masih perlu dipertanyakan.
Sementara itu di Jepang Valentine dirayakan sebagai propaganda marketting secara besar-besaran. Orang Prancis dan Australia mungkin punya alasan sendiri untuk merayakan Valentine. Tapi yang sulit dimengerti adalah si “Fulan” penduduk asli Indonesia, dengan biaya yang cukup mahal turut mengemas kado istimewa untuk dipersembahkan kepada kekasihnya di tanggal 14 Februari. Apakah si “Fulan” juga punya alasan merayakan Valentine, atau justru menjadi korban ikut-ikutan?.
Source : PenulisLepas[dot]com


Category Article , , ,

2 Responses to “Everything Is Free”

What's on Your Mind...